Get In Touch

September 25, 2013

Ulangan Harian TIK


PERGAULAN REMAJA







Remaja pernah melakukan hubungan seks pranikah
· 62,7 %  siswi pernah melakukan
· 21,2 %  remaja pernah aborsi
· 93,7 % remaja SMP SMA pernah melakukan ciuman  & oral seks
· 97 %  remaja pernah menonton film porno

Sumber
 1   : KOMNAS Perlindungan Anak, PKBI, BKKBN, (Media Indonesia, 29 Jan 2009) 

Pendapat saya mengenai berita tersebut         :

            Pada era modern seperti sekarang ini , pergaulan anak-anak remaja telah menjadi bebas.  Pergaulan bebas tersebut membawa pengaruh yang amat besar bagi para remaja. Jika remaja tidak diarahkan pada pergaulan yang baik, maka akan berakibat buruk pada masa depan mereka.

            Contohnya sekarang ini, banyak remaja yang telah terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak baik dan sebagian besar akibatnya remaja putri mengalami kehamilan. Selain itu, dampak buruk lainnya juga ada, seperti shock berat, rasa sakit, stress, rasa malu pada diri sendiri dan juga rasa malu yang dirasakan orang tua mereka.
           
            Nah , solusi untuk menghindari pergaulan bebas apa? menurut saya, untuk menghindari pergaulan bebas tersebut, kita dapat sering mengisi waktu luang untuk melakukan hal-hal positif dan menyenangkan contohnya membaca novel/komik, mendengarkan musik, dll. Berteman dengan orang-orang yang baik dalam bergaul, menghindari orang-orang yang cara bergaulnya tidak benar, dan yang lebih pentingnya adalah lebih mendekatkan diri pada Tuhan.

           Seperti saya, saya suka melakukan hal-hal menyenangkan , mendekatkan diri pada Tuhan, berteman dengan orang-orang yang baik, dan alhasil, saya bebas dari pergaulan bebas yang menyesatkan itu. Ah, masih ada satu lagi,  pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif memberikan motivasi dan dorongan kepada para remaja. Sehingga segala sesuatu yang dilakukannya dapat bermanfaat dalam kehidupan. 

September 22, 2013

Pekerjaan Rumah TIK

Mobil Murah Dinilai Sebagai Program Gila Pemerintah Pusat





TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program mobil murah dan ramah lingkungan yang diluncurkan pemerintah dianggap sebagai sebuah agenda gila. Sebab,untuk konteks Jakarta yang sedang berperang melawan kemacetan, tentunya kebijakan pemerintah pusat ini menjadi batu sandungan untuk kebijakan pemerintah DKI.

Jakarta saat ini berpenduduk lebih kurang 10 juta jiwa dengan jumlah motor yang hampir setara jumlah penduduk yakni 9,8 juta unit, dan mobil 2,5 juta unit. Sementara kabarnya sejak peluncuran beberapa waktu lalu, sudah 17.557 unit mobil murah terjual dan sekarang ditambah lagi 7.000 unit pesanan yang disumbang dari wilayah Jakarta saja.

"Ini gila! Dalam tempo beberapa minggu saja sudah besar jumlah tambahan mobil di DKI. Anda bayangkan, bagaimana lagi kemacetan yang akan kita hadapi ? Cari parkir mobil saja sudah sulit, polusi sudah parah, orang bakal terjebak di jalanan dan terlambat kerja, serta aktivitas ekonomi lainnya menjadi terhalang. Saya perhitungkan ini akan berdampak buruk bagi produktifitas perekonomian secara keseluruhan," kata Calon Senator DKI Jakarta, Rommy dalam pernyataannya kepada Tribunnews, Minggu (15/9/2013).

Kondisi lebih parah lagi kata Rommy akibat adanya program mobil murah, konsumsi bahan bakar akan semakin tinggi, kebutuhan BBM (bahan bakar minyak) minyak mobil per bulan 200 liter dan motor 20 liter per bulan.

"Saya pikir, ini alamat bahwa program penghematan bahan bakar nasional akan gagal. Bisa lebih banyak kita impor minyak dari luar. Jadi, bukan menyelesaikan masalah transportasi, tapi justru bertambah runyam. Saya masih mempertanyakan soal solusi yang ditawarkan Menteri perindustrian soal kemeratan distribusi mobil murah ke daerah diluar Jakarta. Buktinya, dari segi pesanan, tetap saja DKI penyumbang terbesar," kata Rommy.

Alasan pemerintah meluncurkan mobil murah demi rakyat miskin dipandang Rommy justru salah. Sebaliknya, dengan adanya program mobil murah ujung-ujungnya juga beban bagi masyarakat miskin dan juga bagi pemerintah dalam segi kemacetan dan penyediaan bahan bakar.

Jika dilihat dari kebutuhan lanjut Rommy masyarakat miskin sehari-hari berjuang memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Bagi mereka, mobil masih masuk kategori barang tersier.

"Akan dikhawatirkan, maka demi konsumerisme dan budaya materialisme, mereka pun akan membeli dengan kredit dan menimbulkan masalah baru lagi, seperti misalnya akan berdampak pada tuntutan untuk penurunan harga BBM, tuntutan kenaikan gaji yang mungkin tidak sanggup dipenuhi oleh pengusaha," katanya.

Rommy juga menyayangkan pernyataan Menteri Perindustrian MS Hidayat yang menyampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, bahwa Jokowi harus memberikan hak bagi warganya yang miskin untuk membeli mobil murah bertolak belakang pula dengan pernyataannya bahwa jika mobil murah ini memakai premium maka dua tahun saja akan rusak, oleh karena itu bahan bakarnya harus pakai Pertamax.

"Sungguh pernyataan yang tidak konsisten, bahwa disatu sisi mobil ini diperuntukkan untuk kalangan miskin, namun disisi lain, mobil ini harus menggunakan BBM kualitas nomor satu yakni pertamax yang harganya paling mahal dibanding premium atau solar. Dari sisi ini saja saya menilai ini akan menimbulkan masalah baru," kata Rommy.

Semestinya kata Rommy, menyediakan transportasi publik yang baik dan aman harus diutamakan, bukannya meluncurkan mobil murah.

"Ini justru mendorong orang memakai kendaraan pribadi. Saya pikir lebih bijak dengan mendukung program pak Jokowi-Basuki untuk memperbaiki sistem transportasi publik yang bagus dan murah serta aman bagi pengguna serta menambah ruas jalan. Program DKI saat ini yang berupaya membuat system pelayanan transportasi publik yang murah dan terintegrasi harusnya ditiru daerah-daerah lain, karena ukuran kemakmuran seharusnya bukan lagi dari kepemilikan mobil. Bukannya malah mendorong orang miskin membeli mobil, tapi harusnya mendorong mereka untuk investasi ke pendidikan dan perekonomian," kata Rommy.

Akan tetapi karena sudah telanjur menjadi program nasional dengan mitranya pihak swasta otomotif. Jadi, untuk DKI, saran Rommy yang bisa dilakukan untuk membendung persoalan yang ditimbulkan dari kebijakan mobil murah pemerintah pusat adalah dengan segera melaksanakan sosialisasi pengenaan pajak progresif bagi pemilik kendaraan, perbaikan transportasi bus sedang dan Trans Jakarta, juga penerapan sistem jalan berbayar, pengenaan biaya parker yang tinggi, maupun penerapan plat mobil ganjil genap.

Namun, kesemuanya ini harus benar-benar dilaksanakan dengan syarat fasilitas transportasi massal juga baik, agar masyarakat benar-benar bisa berpindah menggunakan transportasi umum.


Pendapat saya mengenai berita tersebut :

Saya amat sangat setuju dengan pernyataan yang diucapkan oleh pak Rommy. Dengan adanya mobil murah, bagaimana kemacetan yang akan kita alami? Sudah pasti akan sangat merepotkan dan runyam. Pikirkan, di kota-kota besar seperti Jakarta saja sudah cukup macet lalu lintasnya, lalu ini sudah ada tambahan mobil murah yang sudah terjual sekitar 17.000 unit banyaknya. Macet pun akan bertambah runyam dan sangat sulit diatasi.

Beralih dari kemacetan, dampak negatif lain pun juga ada seperti polusi udara dan peningkatan penggunaan BBM. akibat adanya program mobil murah, konsumsi BBM akan semakin tinggi dan tingkat kemiskinan pun juga akan semakin tinggi karena masyarakat harus membeli pertamax yang harganya lebih mahal dibanding premium/solar.   
      
Menurut saya, daripada pemerintah menjual mobil murah, alangkah baiknya jika pemerintah menjual bahan pangan murah. Sebab, dengan adanya bahan pangan murah, kebutuhan masyarakat lebih terpenuhi.


         Bila memang program mobil murah ini tidak dapat dihentikan, seharusnya mobil tersebut diedarkan ke luar Jawa seperti Sulawesi agar macet di Jawa tidak bertambah buruk. Saya harap, pemerintah dapat berpikir lebih jernih lagi mengenai hal ini.